Local Food 6
BUBUR
KETAN HITAM
Bubur ketan hitam (disebut juga bubur pulut hitam atau bubur injit) merupakan hidangan penutup, dengan cita rasa
manis, yang terbuat dari beras ketan yang direbus
dengan air berlebih hingga lunak, dan biasa disajikan dengan santan. Bubur
ketan hitam merupakan sebutan yang dipakai di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Di
daerah dengan pengaruh budaya Melayu yang kuat,
bubur ini disebut "bubur pulut hitam". Sementara di Bali dan di Nusa Tenggara Timur, nama dari makanan ini adalah "bubur injit".
Makanan ini dapat disajikan dingin maupun hangat.
Bahan utama untuk membuat bubur
ketan hitam adalah beras ketan hitam, gula merah, daun pandan, dan santan kelapa. Gula pasir dapat
digunakan untuk menggantikan gula merah.
Bubur ketan hitam dibuat dengan
merendam beras ketan (selama kurang lebih 1 jam). Beras tersebut
kemudian direbus dengan daun pandan yang direndam, hingga mendidih. Kemudian,
dengan intensitas api yang dikurangi, beras terus direbus hingga matang dan lunak. Ketika
sudah lunak, gula merah dapat
ditambahkan. Makanan ini bisasa disajikan dengan santan. Bubur
dapat disajikan dalam keadaan panas maupun dingin.
Ketan Hitam Mampu Mencegah Diabetes, Ketan hitam
mempunyai sifat anti-inflamasi dan akya antioksidan, jika dikonsumsi jangka
panjang akan bermnafaat untuk mencegah Alzheimer dan diabetes. Dapat membantu
menjaga kesehatan kulit secara alami. Pekatnya ketan hitam mampu menggantikan
sel kulit mati dengan sel kulit baru yang lebih halus dan lembut, serta
mengandung pelembab alami bahkan dapat mendinginkan kulit.
LAPIS LEGIT
Lapis legit atau spekuk (bahasa Belanda: Spekkoek) adalah salah satu jenis kue basah tradisional dari Indonesia. Kue ini pertama kali
dikembangkan pada masa kolonial
Belanda di Indonesia yang terinspirasi dari kue lapis Eropa.[1] Lapis legit dibuat dari
berbagai macam rempah-rempah yang
memang sangat disukai oleh orang-orang Eropa,
di antaranya adalah kapulaga, kayu manis, cengkih, bunga
pala, dan adas manis sehingga
rasanya sangat khas kaya akan aroma rempah. Kue berbahan dasar kuning telur, tepung terigu, gula,
dan mentega/margarin ini memiliki cita rasa yang
manis dengan tekstur yang lembut namun kokoh. Adonan kue dipanggang
dalam oven secara bertahap hingga membentuk
lapisan-lapisan yang umumnya berjumlah 18 lapisan atau lebih. Karena banyaknya
lapisan pada lapis legit, kue ini dikenal juga dengan sebutan kue
seribu lapis.
Di Indonesia kue ini sangat populer. Lapis legit biasanya disajikan pada
acara-acara tertentu dan hari-hari raya, seperti Imlek, Lebaran, dan Natal. Kue
ini juga disajikan sebagai hadiah pada perayaan-perayaan lokal, seperti hari
pernikahan dan hari ulang tahun. Di Belanda, irisan kue ini biasanya disajikan
sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut dalam jamuan rijsttafel.
Lapis legit berkembang selama masa kolonial Belanda di
Indonesia. Awal mulanya, kue bernama asli spekkoek ini
dibawa oleh orang-orang Belanda ke Indonesia. Kue tersebut kemudian mendapat
pengaruh dari penduduk lokal. Orang-orang Indonesia memodifikasinya dengan
menggunakan bahan-bahan lokal termasuk menambahkan rempah-rempah yang
disesuaikan dengan lidah mereka. Seiring perkembangannya, kue ini lebih
dikenal dengan nama lapis legit karena kue ini memiliki banyak
lapisan dengan rasa yang sangat manis.
Di kalangan orang-orang Tionghoa, lapis legit memiliki sejarah yang sangat
mengakar. Lapis legit menjadi sajian wajib pada perayaan Tahun Baru Imlek.
Mereka percaya jika semakin banyak lapisan pada kue tersebut maka semakin
berlipat-lipat rezeki yang akan didapatkan.
Lapis legit umumnya memiliki 18 lapisan atau lebih. Kue
ini berbahan dasar kuning telur, mentega, tepung terigu, dan gula. Kuning telur
yang digunakan umumnya diambil dari 30 butir atau lebih telur utuh. Loyang
yang digunakan biasanya berbentuk persegi dengan ukuran 18 cm x 18 cm atau 20
cm x 20 cm. Oven yang digunakan adalah oven gas atau oven listrik.
Satu lapisan lapis legit dibuat dengan menuangkan sedikit adonan ke dalam
loyang, kemudian loyang tersebut dimasukkan ke dalam oven dan dipanggang dengan
pusat api yang berada di atas hingga keemasan. Loyang kemudian dikeluarkan dan
proses diulang kembali hingga adonan telah habis.
Di Indonesia, ada banyak jenis-jenis lapis legit, seperti maksuba, lapis
legit pontianak, lapis legit bangka, lapis legit
lampung, dan legit gulung dengan
variasi rasa keju cheddar, buah prun, pandan, atau cokelat. Rasa pandan dan cokelat pada lapis
legit biasanya didapatkan dengan mencampurkan pasta
kue. Beberapa lapis legit ada yang dibuat tanpa menambahkan
rempah-rempah dan tepung terigu. Beberapa lapis legit juga ada yang dibuat
dengan menambahkan banyak mentega dan susu.
(source: https://id.wikipedia.org/wiki/Lapis_legit
)
KUE CUCUR
Kue
Cucur atau Cucur (dalam
bahasa Indonesia) atau kuih cucur (dalam bahasa Melayu), dan disebut khanom fak
bua (ขนมฝักบัว) atau khanom jujun (ขนมจู้จุน
or จูจุ่น) dalam bahasa Thailand, adalah kudapan tradisional di
kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia dan Thailand Selatan . Di
Indonesia, kue cucur dapat ditemukan di seluruh pasar tradisional; akan tetapi,
versi popularnya, adalah versi Betawi dari Jakarta.[1] Di Thailand Selatan, kue
cucur sering dihidangkan di festival dan upacara pernikahan. Sementara, di Malaysia,
istilah cucur lebih ditujukan untuk jenis kudapan goreng. Di Brunei dan Borneo
Malaysia (Sabah dan Sarawak), kue cucur disebut sebagai Pinjaram.
Makanan
pencuci mulut ini terbuat dari tepung beras dan gula aren yang digoreng. Kue
cucur bersifat tebal menggembung seperti gunung di bagian tengah dan tipis di
pinggirannya. Masyarakat Thailand percya bahwa kue ini mirip dengan bunga lotus
yang dapat tumbuh di kondisi yang sulit. Melanmbangkan cinta dari pasangan yang
baru menikah yang akan semakin bertambah dan sukses dalam kehidupan pernikahan.
Masyarakat Thailand suka menampilkan kue ini di upacara pernikahan atau
menguntungkan, atau di festival apa pun. Terkadang, kue ini juga diberikan
sebagai hadiah. Dalam konsumsinya, masyarakat Thailand biasanya memakan kue ini
langsung setelah digoreng karena kue ini masih lembut dan berwarna-warni, dan
wangi. Jika dibiarkan selama satu jam, kue ini akan lengket, membantet, dan
sangat berminyak. Di Indonesia, khususnya Jakarta, makanan ini termasuk makanan
adat artinya pada upacara-upacara adat budaya Betawi, cucur wajib dihidangkan.
Komentar
Posting Komentar